Ketulusan tak selalu dipahami

 Kadang aku berpikir, apakah yang kulakukan selama ini terlihat bodoh bagi dunia? Memberi tanpa berharap kembali, menolong tanpa ingin dipuji, bahkan menahan diri untuk tidak marah saat dilukai. Seringkali ketulusan justru menjadi alasan aku disalahpahami, dianggap lemah, atau bahkan dicurigai punya maksud tersembunyi.


Padahal tidak semua orang baik ingin sesuatu darimu. Beberapa dari kami hanya tidak ingin orang lain merasakan sepi dan sakit yang pernah kami alami sendiri.


Hidup ini aneh, ya. Ketika kamu jujur, kamu dianggap naif. Ketika kamu membantu, kamu dianggap ada maunya. Dan ketika kamu diam, kamu dianggap tidak peduli.


Tapi aku tidak menulis ini untuk mengeluh. Aku hanya ingin mencatat satu hal penting: jangan pernah mengukur hatimu dari cara orang memperlakukanmu. Karena jika tidak, kamu akan kehilangan alasan untuk tetap jadi manusia yang utuh—meski tak sempurna, tapi masih punya hati.


Aku pernah menyukai seseorang dalam diam, bukan karena aku penakut… tapi karena aku tahu perasaanku tak akan pernah dihargai seperti cara aku menghargai dia. Rasanya seperti menggenggam pasir—semakin erat, semakin hilang. Dan saat aku mencoba melepaskan, yang tertinggal hanya debu kecil kenangan.


Tapi ketulusan memang begitu. Ia tidak selalu mendapat balasan yang sama. Ia bukan tentang siapa yang paling peduli, tapi siapa yang mampu bertahan meski tidak dianggap. Aku mulai belajar, bahwa mencintai tidak harus memiliki, dan membantu tidak harus dikenal.


Ada banyak luka yang tak kutunjukkan ke dunia, karena aku tahu, tidak semua orang peduli, dan sebagian hanya ingin tahu agar bisa membicarakannya di belakang. Maka dari itu aku lebih banyak diam, bukan karena tak ada yang ingin diceritakan, tapi karena tak semua telinga tahu caranya mendengar dengan hati.


Aku tidak tahu akan jadi seperti apa aku beberapa tahun lagi. Tapi kalau satu hal bisa tetap tinggal dalam diriku, aku harap itu adalah ketulusan. Meski tak selalu dihargai, setidaknya aku tahu... aku pernah mencoba jadi orang yang tetap baik di tengah dunia yang semakin sibuk mencari untung.


Untuk kamu yang membaca ini, kalau kamu sedang lelah jadi orang baik, istirahatlah, tapi jangan berhenti. Karena ketulusanmu mungkin tidak dipahami hari ini, tapi suatu hari nanti—Tuhan tahu siapa kamu sebenarnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

🧠 5 Tips Efektif Mengajar Bahasa Inggris untuk Siswa SD Kelas 1 dan 2

Bukan Sekedar Statistik: Guru Harus Memberi Dampak Nyata

Laki - laki tanpa uang? " Silahkan antri di tempat sampah "