Bukan Hanya Duka Yang Belum Pergi, Tapi Juga Cinta Yang Masih Tetap Tinggal
Ada wajah yang masih sering muncul dalam ingatannya.
Kadang lewat senyapnya malam, kadang di sela-sela pagi yang sibuk. Dia tidak berkata apa-apa, hanya hadir lalu hilang, dan datang lagi.
Kehilangan yang benar-benar dalam ... berjalan bergandengan bersama waktu.
Dulu, rumah itu ramai. Suara tawa, suara marah, suara rebutan kecil yang paling dirindukannya. Suara manja, paling jujur saat meminta dan paling mudah membuatnya mengalah tanpa rasa rugi.
Dia tumbuh dikelilingi cinta dan cara yang sulit dijelaskan.
Waktu ternyata tidak selalu berjalan sesuai doa, dan semesta tidak selalu menurut pada harapan manusia.
Sejak saat it, ada bagian dari hidupnya yang ikut diam-tak pernah kembali bicara seperti dulu.
Kini, waktu terus berjalan, rumah tetap berdiri, pohon-pohon tetap tumbuh dan hidup harus tetap dijalani. Tapi ada satu ruang di dalam hati yang tidak pernah terisi lagi.
Tapi manusia, dia tahu ,,, hanyalah titipan. Dan tidak ada satu pun yang punya kuasa menahan apa yang sudah ingin diambil semesta.
Dia tidak menulis untuk menangis, dia menulis untuk mengingat. Untuk menerima, dan untuk mengucapkan terima kasih karena pernah diberikan cinta seindah itu, meski hanya sebentar, meski tidak lama.
karena bukan hanya duka yang belum pergi, tapi juga cinta yang masih tetap tinggal.
Komentar
Posting Komentar